Punya pikiran positif itu baik, tapi kalau memaksakan semua hal jadi pikiran positif tanpa proses memahami hal tersebut dari segala sisi bisa jadi punya dampak negatif. Lama kelamaan, kebiasaan memaksakan ini bisa menjadi toxic positivity. Apa itu toxic positivity? Berdasarkan Medical News Today, toxic positivity merupakan obsesi terhadap pemikiran positif (positive thinking). Ini adalah sikap ekstrem bahwa seseorang harus memiliki pemikiran positif terhadap semua pengalaman, bahkan yang tragis sekalipun.
Apa Itu Toxic Positivity? Ini Makna Sebenarnya
Selama puluhan tahun para peneliti mengungkapkan berbagai manfaat dari positive thinking, seperti meningkatkan kesehatan mental dan meningkatkan rasa percaya diri. Akan tetapi sebagian besar masih banyak yang salah dalam menerapkannya. Positive thinking tidak begitu saja ada dan bukan obat bagi seluruh masalah hidup.
Apa itu toxic positivity? Makna sebenarnya yang bisa diungkapkan adalah ketika seseorang menerapkan positive thinking sebagai satu-satunya solusi bagi masalah, sehingga menuntut orang tersebut untuk menghindari pikiran negatif maupun mengekspresikan emosi negatif dalam diri.
Contoh Toxic Positivity
Beberapa contoh toxic positivity yang mungkin tidak kita sadari, antara lain:
- Berkata “banyak orang di luar sana yang lebih parah cobaannya daripada kamu”
- Selalu menegaskan “cuma segitu kok, semua pasti baik-baik saja” setelah hal sangat buruk menimpa
- Memberitahu seseorang untuk melupakan kesedihan atau penderitaan mereka dan fokus saja pada hal-hal baik dalam hidup
- Memberikan label pada orang yang selalu tampil positif atau tidak berbagi emosi sebagai orang yang lebih kuat atau lebih disukai daripada orang lain
- Berkata “pasti semua ini terjadi karena kurang bersyukur”
- Berkata “baru segini aja udah ngeluh, hidup masih panjang”
Dampak Negatif Toxic Positivity
Memandang hal secara positif itu baik, tetapi orang yang percaya bahwa dirinya harus selalu positif lama kelamaan akan mengacuhkan emosi negatif dan tidak bisa memprosesnya untuk kesehatan mental yang lebih baik. Berikut dampak-dampak negatif yang sebaiknya tidak dihiraukan:
Kebingungan terhadap emosi diri sendiri
Seseorang bisa bingung terhadap emosi dalam dirinya bila terus terpapar toxic positivity, lama kelamaan hal ini dapat membuat orang tersebut tidak berpikir secara realistis. Jika terus dibiarkan, rasa stres semakin bertambah dan menunggu untuk meledak.
Susah untuk menggambarkan perasaan
Orang yang sangat percaya atau terus terpapar toxic positivity akan sulit menggambarkan perasaan negatif pada diri. Lama kelamaan, tidak dapat mengeluarkan rasa marah dan kesal terhadap suatu hal. Hal ini mengakibatkan orang tersebut tidak tahu masalah yang dirasakan dan terus beranggapan jika semua baik-baik saja.
Merasa terisolasi dan terkurung stigma
Orang-orang yang merasakan tekanan untuk tersenyum saat menghadapi kesulitan cenderung tidak ingin mencari dukungan. Disadari atau tidak mungkin akan merasa terisolasi atau malu dengan perasaan mereka, sehingga menghalangi mereka untuk mencari bantuan.
Tingkat percaya diri yang rendah
Setiap orang terkadang memang harus mengalami emosi negatif. Toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan emosi negatif mereka, anggapan menahannya dapat membuat mereka merasa lebih kuat. Ketika seseorang tidak dapat merasa positif, mereka mungkin merasa gagal dan memengaruhi tingkat percaya diri.
Setelah mengetahui apa itu toxic positivity sudah seharusnya kita juga paham pentingnya mengelola dan memproses emosi negatif dahulu untuk kemudian barulah ditanamkan emosi positif. Setiap orang memiliki kondisi mental berbeda dan tidak bisa memaksakan kondisi satu dengan yang lainnya. Always be kind to each other, Broff!
Source:
https://www.medicalnewstoday.com/articles/toxic-positivity
https://www.1life.co.za/blog/habits-healthy-men
Leave a Reply